RINITIS alergi seringkali tidak
disadari dan dianggap remeh oleh penderita, sehingga penyakit ini seringkali
menjadi fenomena gunung es. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, baik
laki-laki maupun perempuan. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan,
penyakit ini bisa dianggap serius, lantaran penyakit ini dapat memberikan
dampak terhadap kualitas hidup seseorang serta sosio-ekonomi bagi masyarakat.
Tidak hanya aktifitas sehari-hari yang terganggu, namun biaya yang akan
dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit ini
tidak diatasi dan menjadi kronis.
Selain itu,
penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi ke organ vital lain yakni
intrakranial (perdarahan di dalam tulang tengkorak) dan orbita (rongga mata).
Sebelumnya kita harus memahami pengertian rinitis alergi. Rinitis alergi adalah
gangguan kepekaan atau reaksi sensitivitas dari tubuh terhadap benda-benda
tertentu (alergen). Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada
hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE
dengan gejala bersin-bersin, keluar ingus encer (rinore), rasa gatal pada
hidung dan hidung tersumbat. Menurut sifat berlangsungnya rinitis alergi
dibedakan menjadi dua yaitu rinitis alergi musiman (hay fever, seasonal,
polinosis) dan rinitis alergi sepanjang tahun (parennial).
Rinitis
alergi musiman hanya ada di negara yang menpunyai 4 musim. Alergen penyebabnya
spesifik seperti tepung sari (pollen) dan spora jamur. Rinitis alergi sepanjang
tahun dengan gejala penyakit timbul intermiten atau terus menerus tanpa variasi
musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering adalah
alergen yang melalui pernafasan (inhalan) terutama pada orang dewasa dan alergen
melalui saluran pencernaan (ingestan). Alergen inhalan utama adalah alergen
dalam rumah (indoor) misalnya kutu debu rumah, debu perabot, bulu binatang
peliharaan serta bau-bauan yang menyengat dan alergen di luar rumah (outdoor).
Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi WHO
Initiative ARIA ((Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma), yaitu: rinitis
alergi intermitten (kadang-kadang) dengan gejala kurang dari 4 hari/minggu atau
kurang dari 4 minggu dan rinitis alergi persisten bila gejala lebih 4 hari per
minggu dan lebih dari 4 minggu.
Penyebab
Rhinitis
Rhinitis mempunyai banyak
sebab-sebab yang mungkin. Rhinitis dapat menjadi akut atau kronis.
Ø Allergic rhinitis
adalah penyebab yang sangat umum dari rhinitis. Ia disebabkan oleh alergi-alergi
dan dikarakteristikan oleh hidung yang gatal/ingusan, bersin, dan hidung yang
buntu/mampet. Gejala-gejala alergi lain termasuk:
- telinga-telinga dan tenggorokan yang gatal,
- Persoalan-persoalan tabung Eustachian (tabung yang menghubungi telinga bagian dalam ke belakang tenggorokan),
- mata-mata yang merah/berair,
- batuk,
- kelelahan/kehilangan konsentrasi/kehilangan energi dari kekurangan tidur, dan
- sakit-sakit kepala atau kepekaan muka.
Orang-orang dengan allergic rhinitis
juga mempunyai kejadian yang lebih tinggi dari asma
dan eczema, yang adalah juga sebagian besar alergi aslinya.
Ø Seasonal allergic rhinitis
(hay fever) biasanya disebabkan oleh serbuk sari di udara, dan pasien-pasien
yang sensitif mempunyai gejala-gejala selama waktu-waktu puncaknya selama tahun
itu.
Ø Perennial allergic rhinitis, tipe dari rhinitis kronis adalah persoalan sepanjang
tahun, dan seringkali disebabkan oleh allergens dalam rumah (partikel-partikel
yang menyebabkan alergi-alergi), seperti debu dan animal dander sebagai
tambahan pada serbuk-serbuk sari yang mungkin hadir pada saat itu.
Gejala-gejala cenderung terjadi tidak perduli waktu dari tahun.
Sebab-sebab
lain dari rhinitis mungkin
dihubungkan pada:
- kehamilan,
- obat-obat tertentu (kontraseptik-kontraseptik oral,
- beberapa obat-obat tekanan darah ,
- beberapa obat-obat ketakutan,
- beberapa obat-obat disfungsi ereksi,
- dan beberapa obat-obat anti-peradangan), atau
- beberapa kelainan-kelainan struktural hidung (septum yang menyimpang, septum yang berlubang, tumor-tumor, polip-polip hidung, atau benda-benda asing).
Infeksi-infeksi, kebanyakan virus,
adalah sebab yang umum dari rhinitis. Viral rhinitis biasanya tidak
kronis dan mungkin menghilang dengan sendirinya.
Gejala
klinik rinitis alergi, yaitu
:
Bersin patologis yaitu bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila kontak dengan sejumalh besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses menbersihkan sendiri (self cleaning process). Namun jika serangannya berulang dan lebih dari lima kali adalah bersin patologis yang merupakan gejala khas rhinitis alergi.
> Keluar ingus yang encer dan banyak (rinore)
> Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak.
> Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
> Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung (Allergic shiner).
> Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal.
> Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung. Pada pemeriksaan rongga hidung (rinoskopi anterior) biasanya didapatkan mukosa tampak odem, basah berwarna pucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak.
Penatalaksanaan rinitis alergi
> Hindari kontak & eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance). Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).
> Simptomatik. Terapi medikamentosa (obat) yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid.
> Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
> Imunoterapi. Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
Bersin patologis yaitu bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila kontak dengan sejumalh besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses menbersihkan sendiri (self cleaning process). Namun jika serangannya berulang dan lebih dari lima kali adalah bersin patologis yang merupakan gejala khas rhinitis alergi.
> Keluar ingus yang encer dan banyak (rinore)
> Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak.
> Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
> Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung (Allergic shiner).
> Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal.
> Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung. Pada pemeriksaan rongga hidung (rinoskopi anterior) biasanya didapatkan mukosa tampak odem, basah berwarna pucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak.
Penatalaksanaan rinitis alergi
> Hindari kontak & eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance). Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).
> Simptomatik. Terapi medikamentosa (obat) yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid.
> Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
> Imunoterapi. Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
Seiring perkembangan zaman, angka
kejadian yang biasa disebut masyarakat penyakit pilek alergi semakin meningkat
setiap tahunnya dari angka yang sudah diketahui. Karena kebanyakan masyarakat
menganggapnya suatu hal biasa, tidak diperhatikan, diabaikan dan baru berkunjung
ke dokter setelah penyakitnya parah. Orang-orang baru berobat ke dokter jika
sudah dianggap parah, padahal pengobatan itu lebih mudah dilakukan sejak dini
daripada yang berkelanjutan.
Jika sudah parah, pengobatan akan
lebih sulit dilakukan lantaran penggunaan obat hanya menghilangkan gejala,
sedangkan penyembuhannya tergantung peran serta penderita dalam menghindari
kontak dengan allergen. Untuk itu terdapat lima langkah meningkatkan kualitas
hidup penderita rinitis alergi, yakni pertama pahami kondisi tubuh anda dimana
kondisi tubuh menurun menyebabkan gejala rinitis akan muncul, kedua hindari
faktor penyebab dan pencetus timbulnya gejala, ketiga mencegah komplikasi yang
bisa timbul dengan penanganan sedini mungkin, keempat ubah gaya hidup untuk meningkatkan
kondisi badan serta kelima kenali obat alergi. Dengan mengikuti 5 langkah
tersebut secara langsung penderita ikut menyembuhkan dirinya sendiri. Jika bisa
berlangsung secara terus-menerus maka dipastikan 5-10 tahun Rinitis Alergi
tidak kambuh lagi. Untuk itu mengubah pola hidup sehat bisa mengurangi angka
penderita. Tindakan pencegahan pun perlu dilakukan agar tak merangsang
kambuhnya rinitis alergi.
1. Menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi.
2. Jangan biarkan hewan berbulu masuk kedalam rumah, jika alergi terhadap bulu hewan.
3. Bersihkan debu dengan menyedot dan lap basah, minimal 2-3 kali dalam satu minggu, jangan menggunakan sapu yang dapat menyebarkan debu.
4. Gunakan pembersih udara elektris (AC) untuk membuang debu rumah, jamur dan pollen dari udara. Cuci dan ganti filter secara berkala.
5. Tutup perabotan berbahan kain dengan lapisan yang bisa dicuci sesering mungkin.
6. Jangan mengunakan bahan atau perabot yang dapat menampung debu didalam debu kamar.
7. Untuk menghindari kontak dengar allergen, gunakan sarung tangan dan masker ketika sedang bersih-bersih di dalam maupun di luar rumah.
8. Larang rokok dan pengunaan produk yang beraroma di rumah.
1. Menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi.
2. Jangan biarkan hewan berbulu masuk kedalam rumah, jika alergi terhadap bulu hewan.
3. Bersihkan debu dengan menyedot dan lap basah, minimal 2-3 kali dalam satu minggu, jangan menggunakan sapu yang dapat menyebarkan debu.
4. Gunakan pembersih udara elektris (AC) untuk membuang debu rumah, jamur dan pollen dari udara. Cuci dan ganti filter secara berkala.
5. Tutup perabotan berbahan kain dengan lapisan yang bisa dicuci sesering mungkin.
6. Jangan mengunakan bahan atau perabot yang dapat menampung debu didalam debu kamar.
7. Untuk menghindari kontak dengar allergen, gunakan sarung tangan dan masker ketika sedang bersih-bersih di dalam maupun di luar rumah.
8. Larang rokok dan pengunaan produk yang beraroma di rumah.
No comments:
Post a Comment